Rambutan

Namanya aku tidak tau. Perawakannya besar, gempal, tapi pendek. Seperti pemain gulat versi perempuan.  Dia dipanggil dengan nama suaminya, jadi ku panggil dengan sebutan Buk Danar. Dia seorang ibu dan istri yang tomboi. Ketika melihatnya bekerja maka dia terkesan kuat. Bayangkan saja dia mampu membawa tangga lipat sendirian, memanjat pohon, dan menebang dahan-dahan pohon yang ia rasa 'mengganggu'. Membuat halaman kost ini cerah sekali dan cahaya matahari langsung mencubit kulit jika ke luar dari kamar. 


Dia sangat ramah. Suka berbicara dan merendah. Setiap kali berbicara dengannya ia menampakkan antusiasme yang tinggi. Pokoknya orangnya rame deh! 


Ia memiliki warung angkringan di depan gerbang kost kami. Dulu sebelum Pak Danar meninggal, angkringan ini ramai. Kebetulan memang lokasi angkringan ini di sudut jalan dan tidak ada penjual makanan lain di sekitar sini. Mie ayam yang mereka jual pun yah lumayan enak ketika perut memang harus diisi. Aku sesekali jajan di sana, tidak mungkin perutku menerima mie ayam, gorengan, dan nasi kucing setiap hari kan? Ditambah rasa mie ayamnya pun tidak selalu mengguggah seleraku.


Subuh tadi bu Danar sudah sibuk menebangi dahan pohon rambutan di halaman kost. Sudah dua tahun ini pohon tersebut dibiarkan tidak berbuah. Rumornya sih karena hasil panen rambutan yang terakhir menimbulkan keributan. Anehnya pohon rambutan ini meskipun tumbuh di area kost kami tetap bukan milik kami melainkan milik pemilik kost yang lama. Pemilik kost lama merasa memiliki pohon serta buahnya karena dia yang menanam dan membesarkan pohon itu, bukan pemilik kost yang baru. Pemilik kost yang baru pun tidak masalah karena dia tidak berdomisili di area kost. 


Ceritanya, pada panen rambutan yang lalu, hasilnya sangat banyak. Setelah memanen dan menyerahkan hasil panen itu ke pemilik kost lama, Pak dan Bu Danar ini tidak mendapatkan apa-apa. Semua hasil panen diberikan dan disimpan oleh pemilik kost lama. Aku tidak mengerti detailnya dan malas ikut campur, namun yang ku tau setelah panen tersebut Pak Danar menebang pohon itu dan tidak dibiarkan berbuah. 


Ngomong-ngomong tentang buah rambutan. Aku pernah sesekali mengambil buahnya. Yang ku tau saat itu ya pohon ini milik bapak kostku. Rumah pemilik kost lama terletak berhadapan dengan kost ini sehingga siapa pun yang berusaha 'mencuri' buah rambutan akan ketauan. Termasuk aku yang kala itu mencoba mengambil buah rambutan merah yang sudah matang namun karena kepolosanku yang tidak tau bahwa pohon ini pohon 'sengketa' menjadikan aku bulan-bulanan kemarahan dari si pemilik pohon. Sejak itu ku tak mau berurusan lagi dengan pohon itu.


Begitu pun ku rasa dengan keluarga Bu Danar yang tidak lagi ingin berurusan dengan panen rambutan ini. Bu Danar yang sejak dini hari tadi bertengger di pohon rambutan dan menebang dahan-dahannya siang ini sudah kembali menjajakan mie ayamnya. Dia juga bekerja sebagai penjaga kost ini yang membersihkan kost ini dua minggu sekali. Tugasnya menyapu, mengepel, dan membuang sampah. Hal tersebut rutin dilakukan dua kali sebulan atau hanya pada saat bapak kost berkunjung ke kost ini saja. 


Bu Danar sosok yang ramah, siapapun bisa menilainya dari kesan pertama. Sosok yang siap membantu apapun. Setidaknya itu ketika seminggu atau sebulan mengenalnya. Seterusnya semua harus menilainya pribadi. Bagiku, aneh saja melihat seseorang yang terlalu baik di awal perkenalan. Lama-lama penilaianku berubah. Sekarang aku hanya melihat keramahan itu sebagai topeng dan tameng yang akan menusukku dari belakang suatu saat nanti. 


Untuk menghadapi seseorang semacam ini aku juga harus mengenakan topeng dan tameng yang sama kuatnya. Kadang aku harus tersenyum ketika ia berbohong atau kadang pura-pura tidak tau bahwa aku tau dia yang melakukannya. Seringnya aku hanya mengamati tindak-tanduknya yang semakin hari semakin aneh-aneh saja. Aku diam karena ku tau tidak ada yang akan percaya ketika ia melakukan aksi mulusnya. Terlebih dia adalah tangan kanan bapak kost.


Ku hanya menunggu hari kelulusanku dan pekerjaan yang membawaku pergi dari sini dengan membawa anak-anak kucing ku keluar dan selamat dari sini.




Comments

Popular posts from this blog

arem-arem

Hallo

Imlek 2019